Senin, 22 Mei 2017

Semangat Kebangkitan Nasional Tidak Pernah Memudar


 
Keterangan gambar: Kepala Dinas Personel Lanud Atang Sendjaja, Kolonel Pnb A.F. Picaulima yang bertindak sebagai inspektur upacara dan sekaligus membacakan pidato Menteri Komunikasi dan Informasi.  

Lanud Atang Sendjaja (22/5)

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang ke 109 yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2017, dilaksanakan di Lanud Atang Sendjaja dalam bentuk upacara bendera pada hari Senin (22/5) bertempat di Main Appron Lanud Atang Sendjaja dengan Inspektur Upacara (Irup) Kepala Dinas Personel Lanud Ats Kolonel Pnb A.F. Picaulima. Pada upacara tersebut, irup membacakan pidato Menteri Komunikasi dan Informosi Rudianta, yang isi sambutannya adalah sebagai berikut: Semangat kebangkitan nasional tidak pernah memudar, namun justru semakin menunjukkan urgensinya bagi kehidupan berbangsa kita hari-hari ini. Padahal semangat itu sudah tercetus setidaknya 109 tahun yang lalu, ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo, namun sampai sekarang tetap sangat ampuh menyatukan dan menyemangati gerak kita sebagai bangsa. Betapa tidak mudahnya para pendahulu merajut angan keindonesiaan saat itu, ketika insfrastruktur transportasi dan komunikasi masih terbatas, ketika sumber daya insani yang teguh dengan pemikiran keindonesiaan masih dapat dihitung dengan jari, ketika acuan untuk memperkokoh dasar-dasar kesamaan suku bangsa dan adat masih belum mengakar kuat, ketika semuanya itu berada dalam konteks ketakutan dan kekejaman kolonialis yang siaga memberangus setiap pemikiran yang memantik hasrat lepas dari belenggu penjajahan.

Presiden Joko Widodo pada awal tahun ini telah mencanangkan penekanan khusus pada aspek pemerataan dalam semua bidang pembangunan. Bukan berarti sebelumnya kita abai terhadap aspek ini. Malah sejak awal, dalam program nawacita yang disusun pemerintahan presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla, aspek pemerataan mendapat porsi perhatian yang sangat tinggi. Pemerataan pembangunan antarwilayah hendak diwujudkan dengan membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Pada awal tahun 2017 ini, meski angkanya membaik dibanding tahun sebelumnya, koefisien nisbah gini atau gini ratio,  yang merupakan ukuran kesenjangan distribusi pendapatan dan kekayaan penduduk, masih sekitar 40 persen. Untuk itu bapak presiden meminta aparat penyelenggara negara bekerja keras menurunkan indeks kesenjangan tersebut melalui berbagai langkah yang multidimensi. Memang persoalan pemerataan hampir merupakan masalah semua bangsa. Bahkan negara-negara maju pun berkutat dengan isu kesenjangan yang sama. Beberapa bahkan mencatatkan indeks yang lebih tinggi, lebih senjang, dibanding indonesia. Namun bagi kita, mewujudkan pemerataan yang berkeadilan sosial adalah juga menjadi penghormatan terhadap cita-cita para peletak dasar bangunan kebangsaan yang menginginkan tidak ada jurang yang membatasi penyebaran kesejahteraan bagi seluruh penduduk indonesia. Bagi kita, kebangkitan nasional hanya akan berarti jika tidak ada satu anak bangsa pun yang tercecer dari gerbong kebangkitan tersebut. Berlatarbelakang pemikiran tersebut, maka kiranya tema “pemerataan pembangunan indonesia yang berkeadilan sebagai wujud kebangkitan nasional” yang menjadi tema peringatan hari kebangkitan nasional tahun 2017 ini adalah pesan yang tepat dan seyogyanya tidak hanya tertanam di dalam hati, namun juga segera diwujudkan melalui strategi, kebijakan, dan implementasi  dalam pelayanan kita kepada masyarakat dan bangsa. 

Pemerintah terus berupaya meningkatkan aspek pemerataan pembangunan di segala sektor. Di sektor kelistrikann, misalnya, pembangunan ketenagalistrikan telah dilakukan di 2.500 desa yang belum mendapat aliran listrik. Pada saat yang sama, kebijakan pemerataan dilakukan melalui subsidi listrik yang difokuskan kepada masyarakat menengah ke bawah, sehingga bisa dilakukan relokasi subsidi listrik tahun 2016 sebesar rp. 12 triliun, dialihkan untuk menunjang sektor kesehatan, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Pemerintah juga memandang bahwa pembangunan infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan pemerataan ekonomi dan meningkatkan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia termasuk juga salah satunya infrastruktur jalan raya. Baru-baru ini bapak presiden berkenan menjajal langsung jalan trans-papua yang sudah hampir selesai dibangun. Dari 4.300 kilometer jalan raya trans-Papua, 3.800 kilometer diantaranya telah dibuka. Dalam bidang agraria, juga telah diluncurkan kebijakan pemerataan ekonomi (kpe) yang bertumpu pada 3 pilar yaitu lahan, kesempatan dan sdm. Kebijakan ini menitikberatkan pada reforma agraria, termasuk legalisasi lahan transmigrasi; pendidikan dan pelatihan vokasi; perumahan untuk masyarakat miskin perkotaan; serta ritel modern dan pasar tradisional. Kebijakan ini bertitik berat pada proses alokasi dan konsolidasi kepemilikan, penguasaan/akses, dan penggunaan lahan, yang dilaksanakan melalui jalur Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dan perhutanan sosial. Melalui program reforma agraria ini, pemerintah mengalokasikan kepemilikan lahan tora dan pemberian legalitas akses perhutanan sosial kepada masyarakat bawah. Pemerintah juga melakukan upaya pemerataan di sektor kominfo melalui program palapa ring, berupa proyek pembangunan jaringan tulang punggung serta optik nasional untuk menghubungkan seluruh wilayah indonesia sehingga keberadaan internet berkecepatan tinggi (broadbend) dapat dinikmati secara luas.

Satu abad lebih sejak organisasi boedi oetomo digagas telah memunculkan dimensi baru dalam lanskap sosial budaya seluruh umat manusia. Perubahan besar telah terjadi, yang kalau boleh kita rangkum dalam satu kata, kiranya “digitalisasi” adalah kata yang tepat. Berkah digitalisasi yang paling nyata hampir terjadi di setiap sektor terkait dengan dipangkasnya waktu perizinan yang berlangsung ratusan hari sampai tak terhingga dipangkas secara drastis hingga enam kali lebih cepat dari waktu semula. Perizinan di sektor listrik misalnya, dari 923 hari menjadi 256 hari, perizinan pertanian, dari 751 hari menjadi 172 hari,  perizinan kawasan pariwisata, dari 661 hari menjadi 188 hari. Demikian juga perizinan pertanahan, dari 123 hari menjadi 90 hari, perizinan kehutanan, dari 111 hari menjadi 47 hari, perizinan perhubungan, dari 30 hari menjadi 5 hari, perizinan bidang telekomunikasi, dari 60 hari dipangkas jadi 14 hari. Pemangkasan waktu perizinan ini dapat terlaksanan berkat teknologi digital. Dengan inovasi digital, mungkin kita dihadapkan pada kejutan-kejutan dan tata cara baru dalam berhimpun dan berkreasi. Sebagian menguatkan, namun tak kalah juga yang mengancam ikatan-ikatan kita dalam berbangsa. Satu hal yang pasti, kita harus tetap berpihak untuk mendahulukan kepentingan bangsa di tengah gempuran lawan-lawan yang bisa jadi makin tak kasat mata. Justru karena itulah maka kita tak boleh meninggalkan orientasi untuk terus mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan sosial. Semoga kita semua bisa meniti ombak besar perubahan digital dengan selamat dan sentosa dan berbuah manis bagi orientasi pelayanan kepada masyarakat. Hanya dengan semangat untuk tidak meninggalkan satu orang pun tercecer dalam gerbong pembangunan maka negara kesatuan republik indonesia ini akan tetap jaya, demikian sambutan Menkominfo.

Upacara dihadiri oleh para perwira staf serta komandan satuan dari Lanud Atang Sendjaja dan jajaran Wingdikum yang berada di Bogor, beserta seluruh personel Lanud Atang Sendjaja dan Wingdikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar